IKLAN ADSENSE IKLAN ADSENSE IN FEED Download Buku Hujan Bulan Juni Lengkap dengan Makna | Poedjakoesoema ADSENSE ARTICHLE

HOS

HUJAN BULAN JUNI


Sebelum kita membaca buku tersebut, alangkah baiknya kita mengetahui empu dari sajak "Hujan Bulan Juni" yang akan temen-temen baca nantinya:



Mengenal Prof. Dr. apardi Djoko Damono

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret1940; umur 77 tahun) adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia dikenal melalui berbagai puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhan.

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja menulis puisi, namun juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. 


Manuskrip Hujan Bulan Juni

Dilansir dari Kumparan.com dengan topik Sapardi Djoko Damono (SDD), di situs tersebut menunjukkan foto manuskrip puisi hujan bulan juni yang di dapat dari Prof Sapardi sendiri.
SDD sendiri bagi banyak penyair dianggap memiliki indentik sastra yang sama sekali baru bagi kemajuan sastra indonesia, pada puisinya terdapat kekuatanyang mempu memikat penikmat puisinya dengan menenggelamkan mereka kedalam makna yang mendalam. 

Bila kita ingat lagi, bahwa umumnya penyair-penyair kenamaan memiliki frasa yang menjadi simbol dan karakter buat dirinya sendiri. Yang dimaksud di sini, misal, Chairil Anwar dengan “jalang”, Amir Hamzah dengan “sunyi”, Seno Gumira dengan “senja” dan Joko Pinurbo dengan “celana”. Tentu saja, Sapardi teguh-teduh dengan serba-serbi tentang “hujan”.

Sumber: https://kumparan.com/@kumparannews/yang-fana-adalah-waktu-sapardi-abadi


Makna Puisi Hujan Bulan Juni

BAIT 1
Tidak ada yang lebih tabah 
dari hujan bulan juni
Artinya :
penyair mengartikan hujan sebagai kasih sayang. Berarti ketabahan, kesabaran dari hujan agar tidak turun ke bumi dalam Bulan Juni. Juni adalah bulan musim kemarau, mustahil jika hujan turun pada bulan Juni. Maka mengandung makna tentang ketabahan, kesabaran seseorang untuk tidak menyampaikan sayang juga rindunya pada orang yang dicintainya (menahan)
dirahasiakannya rintik rindunya
artinya:
Lebih memilih jika sayangnya, rindunya untuk disimpan saja
kepada pohon berbunga itu
artinya :  kepada orang yang disayanginya yang dirindukannya
BAIT 2
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Artinya :
Bijak artinya mampu, bisa.
Dia mampu dengan ketabahannya menahan tidak menyampaikan sayangnya juga rindunya
Dihapusnya jejak jejak kakinya
yang ragu ragu di  jalan itu
Artinya :
Dia menghapus keraguan, prasangka jelek yang hinggap di hatinya dalam menanti orang yang dicintainya
BAIT 3
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Artinya :
Arif artinya cerdik, pandai.
Dia pandai menyimpan, menyembunyikan rasa sayangnya, rindunya pada orang yang dia cintai
Dibiarkannya tak terucapkan
Artinya:
Dia membiarkannya, tidak diucapkannya apa yang dia rasakan (sayang dan rindunya)
Diserap oleh akar pohon bunga itu
Artinya :
membiarkan rasanya selama ini tanpa diucapkan, biar dimengerti sendiri olehnya sehingga berbuah manis.
Download E-book Kumpulan sajak, Hujan Bulan Juni

Advertisement

0 komentar:

Post a Comment

Ayo berpendapat , kasih kritik dan sarannya dong?!

 
Top