IKLAN ADSENSE IKLAN ADSENSE IN FEED BAB IV (SANG PEMANAH) | Poedjakoesoema ADSENSE ARTICHLE

HOS

SANG PEMANAH
(BELUM DI EDIT)

Gambar terkait
Sumber Foto : https://cdn-images-1.medium.com/max/1600/1*5YeuRi_vaYjYfxf6d30qjg.jpeg
Agustus 2015
Seorang Trainer Motivasi pernah memberiku sebuah petuah prihal cita-cita.
namanya
Pak Denis Dinamis salah seorang pendiri Pendopo Jan NAH Jogja.  Beliau menceritakan sebuah kisah tentang seseorang anak yang lari dari rumah karena dimarahi ibunya dikarnakan ia ingin berhenti sekolah dengan alasan malas dan pendidikan sekolah itu tidak berguna menurutnya.

Ia berlari terus-menerus menjauhi rumahnya sampai akhirnya ia masuk kedalam suatu hutan tak jauh dari rumahnya itu. Tiba - tiba ia menghentikan langkah kakinya ketika melihat sebuah anak panah yang menancap di pohon yang digambar berbentuk lingkaran dan berwarna kuning dan hitam sebagai target sasaran, dan panah itu menancap tepat pada titik tengah lingkaran hitam yang mana merupakan pusat lingkaran target.

Awalnya ia melihat satu anak panah, kemudian ia lari lagi kearah lain belum sampai jauh dari tempat menancapnya anak panah pertama tadi, ia tersentak melihat bahwa dihadapanya ada sebuah anak panah lagi yang juga menancap pada titik tengah sasaran sama seperti sebelumnya. Sejurus kemudia ia mulai mengarahkan pandangan kesekitarnya.Seketika itu ia terperangah melihat bahwa setiap pohon yang ada di sekitarnya itu,m asing-masing terdapat sebuah anak panah tepat pada sasaran tengahnya.

Alih-alih mengamati beberapa pohon di sekelilingnya itu. Dari kejauhan terlihat seseorang dengan tubuh berotot menarik sebuah busur lengkap dengan anak panah. Akan tetapi sinar mentari pagi yang mulai naik meninggi dibelakang lelaki itu mengaburkan pandangannya untuk mengetahui wajah asli seseorang pemanah itu, yang ia lihat justru hanya silluetnya yang membentuk gambar seorang Rama, pangeran dari putri Shinta yang terkenal lihai dalam memainkan senjata panahnya dalam cerita ramayana itu.

 sruuueeet..czuupk.

Sebuah anak panah tepat menancap di sebuah pohon. lalu silluet sang Rama tersebut mulai mendekati pohon sasaranya. Dan si anak yang sejak tadi berdiri memperhatikan itu justru tertawa melihat tingkah sang pemanah. Karena ternyata pemanah tersebut sengaja menggambar bulatan target panah itu pada pohon setelah anak panahnya menancap ke pohon yang bahkan bukan sasarannya yang sebenarnya. Dan ia gambar seolah anak panahnya menancap tepat pada titik target pohon bergambar itu.

Sedang asik menertawakan hal tersebut, justu ia kembali teringat murka ibunya. Sebelum ia lari sampai ke hutan itu. Ibunya berteriak-teriak mengutuknya sambil berkata, "sana pergi kesekolah, mau jadi apa kamu jika tidak sekolah? Dasar tidak punya cita-cita yang jelas.! ah dasar begundal, percuma saja!!”.

Pak Denis hanya menghentikan cerita itu sampai situ, ia ingin agar kami peserta Beasiswa Studi Muda Pos Keadilan Peduli Umat (BSM PKPU) Yogyakarta yang mengikuti kegiatan rutinitas motivasi itu dapat menyimpulkan sendiri maksud cerita beliau. Bagiku cerita itu penting dalam menyusun rencana hidup.

Sedari MA aku sudah meyakini bahwa kehidupan itu harus disusun dan direncanakan, para trainer motivasi lebih menyebutnya sebagai Proposal Hidup, manusia harus memiliki proposal hidupnya sebagai pengingat apa-apa saja yang akan di ajukan kepada Tuhan, manusia memang berhak meminta apapun dari Tuhan, dan Tuhan berhak menentukan untuk dikabulkan ataupun tidak.

Ada kata mutiara yang mengatakan “Gagal dalam perencanaan berarti gagal mencapai kesuksesan” sehingga kesuksesan itu perlu direncanakan. Memang banyak orang diluar sana malas menyusun proposal hidup mereka, dengan alasan “Hidup ini dijalani saja seprti air yang mengalir” dan karena mereka beranggapan Tuhanlah penentu baik dan buruknya nasip, sehingga pasrah saja kepadanya.Dalam hal ini memang aku setuju, bahwa Tuhanlah pemilik proposal hidup dan perencana hidup manusia yang paling baik, baik buruk sesuatu yang ada pada diri kita tergantung kebijakan Tuhan.

Akan tetapi dalam kitab agamaku mengajarkan bahwa “Tidak berubah suatu kaum, kecuali kaum itu merubah nasibnya sendiri” yang ditekankan disi adalah usaha atau ikhtiar dari seseorang untuk mau berubah. Memang Tuhan memiliki rencana yang paling baik, namun apasalahnya kita berusaha menyusun dan mengusahakan rencana itu, agar kelak Tuhan meng-ACC proposal hidup kita itu dan diwujudkanlah keinginan kita itu termasuk dipenuhinya estimasi dana yang kita cantumkan didalamnya.

Dengan menulis mimpi dan perencanaan hidup itu maka, kita tau apa yang seharusnya dilakukan, ketika melakukan sesuatu pekerjaan yang tidak searah dengan jalan dalam proposal hidup kita, maka kita akan sadar bahwa apa yang dilakukan tidak segaris dengan mimpi besar yang kita tuliskan, sehingga kita harus kembali mencari hal-hal yang membuat kita semakin dekat dengan mimpi itu.

Lagi pula apabila ada orang yang mengatakan, hiduplah seperti air maka ia akan mengalir sampai ke samudera. Maka bukankah air itu bisa jadi membawa Pheses atau kotoran, limbah, dan tak jarang air juga masuk ke got-got sebelum pada akhirnya masuk ke sungai dan sampai kesamudera. Ah..bisa jadi juga air itu berhenti karena terbendung.

Bagiku hidup itu justru harus terus bergerak, bukan hanya pasrah. Muhammad Iqbal seorang penggagas berdirinya Negara Pakistan—yang kemudian di realisasikan oleh Muhammad Ai Jinnah sebagai presiden pertamanya itu—pernah berkata bahwa “Orang Islam yang hidupnya mengaji dan tidur di Masjid itu tidak lebih baik dari orang Kristen yang keluar dari Gereja dan bergerak membangun masyarakatnya”.

Ia yang punya filosofi bahwa hidup itu dinamis dan bergerak adalah kuncinya , tidak sepakat kepada para tokoh sufi yang hanya ber-zuhud, wara’ dan melakukan tahapan atau laku tasawuf semacam itu saja di masjid-masjid tanpa ada kontribusi kepada masyarakat, bangsa dan negaranya, karena Ia menganggap hal semacam itu adalah ke-Zummud-an yang ratusan tahun lalu merobohkan kekuatan islam di Turki Usmani.

Selain itu Albert Einstein juga sepakat dengan filosofi ‘Gerak’ bagi einstein “Hidup itu seperti menaiki sepedah, untuk tetap seimbang maka engkau harus terus bergerak”. Dengan kalimat tersebut Einstein seolah memberitau kepada ku bahwa untuk menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat maka aku harus terus bergerak, dalam hal ini belajar, berbaur dan memberi kontribusi bagi dunia.

Ku pikir benar juga, karena itu yang membuat manusia disebut sebagai Manusia, yang tentu berbeda dengan tumbuhan yang tak dapat bergerak dan berpindah. Dan dengan berkontribusi, itulah yang membedakan antara manusia dengan binatang yang tak punya kontribusi bagi satu jenis dengan jenis lain, satu ras dengan ras lain, satu kelompok dengan kelompok yang lain ataupun satu habitat dengan habitat yang lain.

Baru setelah kita berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Dan ketika itu memang sudah benar-benar tak bisa diwujudkan lagi, maka barulah kita harus ber-Qonaah, Surrender, Berpasrah diri dengan takdir yang diberikan, hal ini dilakukan apabila memang benar-benar tak ada jalan lagi untuk berusaha agar menjadi lebih baik.

Akan tetapi menurutku ketika seseorang yang mau berusaha. Berarti ia memiliki 60% kemungkinan untuk berhasil ketimbang orang yang sama sekali tak mau berusaha. Aku jadi teringat pepatah arab yang berbunyi “Man Yazro’ Yah sud” dan “Man Jadda wa Jadda” Barang siapa yang menanam pasti akan memetik dan barang siapa yang berusaha pasti akan berhasil.

Dan perencanaan hidup semacam itu yang nantinya membawa kepada kepuasan tersendiri, bagaimana tidak?

Ketika kita nantinya mencapai pada puncak yang kita harapkan maka saat itulah kita berhasil memanah tepat pada sasaran yang telah kita buat jauh-jauh hari sebelum hari memanah itu datang. Bukan seperti pemanah yang Pak Denis ceritakan, yang mana sang pemanah memanah ke sembarang arah dan anak panahnya berhasil menancap disuatu pohon secara ngawur, baru kemudian pemanah itu menggambar pohon itu selayaknya menancap tepat pada titik sasaran.

Sekarang tugas ku yakni mengajak kamu yang membaca buku ini, setelah selesai pada bab ini, maka lukislah sasaran yang ingin kau panah itu, entah apakah itu akan berbentuk Guru, Profesor, Presiden Ilmuan, Mahasiswa Internasional, Traveler, Pelukis, Pennyayi, Seniman, Penyair, Enginer, Elektro, Designer Under Water Welder, Doktor, Mentri, Dosen atau apapun itu maka lukislah itu dan suatu ketika saat kau berhasil memanah tepat pada sasaran itu, maka itu akan jadi cerita yang ku yakini akan selalu diingat oleh mu dan bahkan orang-orang yang ada didekatmu.

Saat itu juga aku memulai prinsip ku, untuk menarik sebanyak mungkin pengalaman, mencoba menemukan cerita hidup ku yang telah disusun Tuhan untuk ku yang telah turun dari alam Arke ini jika menuruti perkataan Plato.

Dan karena itu aku berusaha menulis kehidupanku agar aku dapat mengingatnya dan mengoreksi diri atas kegagalan lama, dan agar orang lain bisa mepelajari kesalahan-kesalahanku agar tidak menyesal seperti diriku.
***

Baca Juga Bab-Bab sebelumnya:

Advertisement

0 komentar:

Post a Comment

Ayo berpendapat , kasih kritik dan sarannya dong?!

 
Top