IKLAN ADSENSE IKLAN ADSENSE IN FEED [SPESIAL] SEPERTI MENGENDARAI SEPEDA | Poedjakoesoema ADSENSE ARTICHLE

HOS

SEPERTI MENGENDARAI SEPEDA
11 Januari 2018


Halo sobat blogger, balik lagi ke blog poedjakoesoema, udah lama nih aku gak update cerita pendek edisi DIALEKTIKA RASA. Biasa semangat itu kayak iman, yazidu wa yanqus, naik dan turun punya fluktuensi tersendiri gitu. hahah
Padahal karena gak ada duit buat pergi ke kafe, buat nyambung wifi lagi. Itu dikarenakan setengah bulan ini memang lagi kena penykit kanker (kantong kering) jadi begitulah.

Tapi malam ini sebagai gantinya aku release cerita sepesial yang kemarin tanggal 13 januari 2018 baru aku alami. Dan kurasa agak menarik, Ini edisi sepesial diluar target ku di DIALEKTIKA RASA tapi, isinya hampir-hampir sama, ngebahas soal perenungan diri kita sebagai makhluk yang selalu takut dan sendiri ini. Tentang Tuhan, Manusia, Cinta dan Persahabatan. dan yang ini tentang Tuhan dan cara pandang tentang hidup tema-nya.

Selamat membaca..
Hasil gambar untuk mengendarai sepeda siluet
Sumber gambar: https://v-images2.antarafoto.com/jumlah-gakin-jatim-lhu2ii-prv.jpg

Langit mulai gelap, kulihat segerombolan awan putih bergerak dari barat ketimur seperti sedang pulang. entahlah kemana..
lampu-lampu jalan juga mulai menyala aku tak tau, entahlah siapa yang menyalakannya..

Aku sedang menghadap ke utara dan dua bungkus nasi kucing didepanku tinggal sisa-sisa, menu paling murah di tempat makan jalanan yang kini mulai ditinggalkan, angkringan.
Orang lebih memilih pergi ke cafe, mall, kfc, atau tempat makan elit lainnya ketimbang di warung tradisional itu. entahlah memang untuk mengenyangkan perut atau mengenyangkan status sosial mereka yang ditonjolkan lewat postingan-postingan media tertentu.
dari sudut mata sepasang suami istri terlihat berjalan mendekat, seorang yang perempuan sepertinya keturunan china. kulitnya terliat putih dan matanya sipit. sedang yang laki-laki agak hitam, berambut pirang dan dilengannya penuh dengan tatto sampai ke leher dan setengah wajah bagian kiri. mereka bersama seorang anak perempuan cantik yang mungkin memang anaknya. kalau aku tak salah tebak.
mereka mengambil duduk dan memilih-memilih apa yang akan dimakan, sedang anaknya asyik menonton video kartun di smartphone yang baru saja diserahkan oleh sang ibu.
suara video itu keras sampai-sampai aku dengar suaranya dengan jelas.
Tak lama kemudian terdengar suara adzan dari surau dekat angkringan itu.
Si ayah yang bertatto itu kemudian menghentikan makannya dan memanggil anaknya, kemudian berkata: dek jangan keras-keras, ada azan itu loh..
Sejurus kemudian sang anak memelankan volume handphonenya.
saat itu aku cuma berfikir, bahwa memang nampaknya seseoranng tak bisa dipandang dari tampilannya saja.
Tak bisa kita terburu-buru mengatakan bahwa orang yang berpenampilan semacam itu sudah tentu preman, tak tau agama, gak sholat, dan ayah yang buruk bagi anaknya.

Tapi ternyata itu tak sepenuhnya benar.
seorang ayah selalu menginginkan anaknya lebih baik dari dirinya. bila tidak maka dia bukanlah seorang ayah. bukanlah orang tua.
tak bisa kita mengatakan yang berpakaian urakan itu adalah orang yang tak beragama, tak tau agama.
teryata itu tak sepenuhnya benar.
karena mungkin dia punya pandangan lain tentang agama, tentang kebaikan, tentang kehidupan.
terkadang hidup itu bisa dipandang lebih sederhana. Sesederhana bermain sepeda.
manusia itu bagiku adalah gambaran seseorang yang naik diatas sepeda
sepedah adalah badan, raga meliputi kulit tulang belulang, daging dan sebagainya
sedangkan seorang itu adalah ruh, nyawa, hati, nurani, insting, pikiran.
sehingga manusia adalah gambaran antara raga yang dikendarai oleh ruh.
ataupun sepedah yang dikendarai oleh seseorang

jadi wajar bukan, ketika ada seseorang yang suka dengan sepedahnya kemudian menghiasnya dengan sticker gambar, dengan lampu kelap-kelip, dengan slebor yang keren-keren..
bukankah itu sama seperti ketika orang dengan tatto...
berarti si ruh itu suka dengan raganya sehingga ia meberi tatto, persing dan sebagainya, karena menurutnya itu indah, itu seni itu unik..

apakah tatto dan persing pada raga itu mempengaruhi siapakah ruh itu sebenarnya,?
apakah sepedah itu mempengaruhi siapakah pengendaranya sebenarnya?

yang mengendarai sepedah itu tak lain tetaplah orang bukan hewan..
dan itu bermakna tak semua yang ada pada raga itu mewakili jiwanya..
tak semua..
kehidupan ini adalah kisah yang menceritakan seseorang yang sedang bermain sepedah, biarkan saja orang itu mengendarai sepedahnya, menghiasnya dan membawanya mengelilingi dunia ini, mengeksplornya
Karena pada akhirnya, alam dan takdir pasti akan memberitakan, tentang kabar datangnya malam. dan orang yang asik bermain dengan sepedahnya itu pasti akan pulang ataupun beristirahat dari keasyikannya.
raga hanyalah kendaraan dimana jiwa bersemayam..
sebagaimana suatu kendaraan dia hanyalah alat untuk mencapai sesuatu yang mungkin sama dengan yang di tuju oleh kebanyakan orang,
hanya saja ia memilih jalan yang berbeda yang menurutnya lebih baik atau lebih menarik.
toh dia akan menuju ketempat dimana semua pengendara sepedah akan sampai.

Advertisement

0 komentar:

Post a Comment

Ayo berpendapat , kasih kritik dan sarannya dong?!

 
Top